Mahakam belum juga tuntas, molor beberapa bulan
dari target yang telah ditentukan. Kenapa bisa? Jelas karena ada keinginan
pemerintah agar Pertamina masuk ke Mahakam sebelum masa kontrak Total saat ini
berakhir tahun 2017. Padahal jelas-jelas klausul tersebut tidak terdapat dalam
kontrak. Lalu apa dampaknya jika keputusan Mahakam terus diulur-ulur?
Masalah operatorship Mahakam memang ternyata tak
mudah. Memang pemerintah sudah memutuskan Pertamina lah yang akan mengambilalih
blok tersebut pasca 2017, meski perusahaan plat merah tersebut diperbolehkan
untuk menggandeng mitra-mitranya. Pertamina sendiri sudah jelas menyatakan akan
menggandeng Total. Meski demikian pemerintah tetap meminta Pertamina untuk
masuk ke Mahakam sebelum kontrak saat ini berakhir, sebagai bagian dari masa
transisi.
Pertamina sendiri mengaku bahwa masa transisi
memang sangat penting karena pihaknya kita butuh menganalisa
lebih lanjut untuk bagaimana supaya jangan ada penurunan produksi ketika di
awal pengambilalihan lahan. Namun tentunya hal tersebut akan tidak mudah untuk
direalisasikan karena masa transisi tidak terdapat dalam kontrak bagi hasil
antara pemerintah dan Total. Sehingga tidak ada basis legalitas untuk memaksa
Total memperbolehkan Pertamina masuk ke wilayah kekuasaannya.
Pertamina sendiri mengakui belum ada pembicaraan dengan Total terkait dengan masalah transisi yang diungkapkan pemerintah. Saat ini, menurut Pertamina, Total masih menanti keputusan terkait pengoperasian Mahakam dari pemerintah. Dengan demikian maka pembahasan terkait heads of agreements mengenai masa transisi sebelum 2017 yang diinginkan Pertamina belum dapat dimulai.
Tahun 2015 sudah hampir berjalan setengahnya.
Semakin lama keputusan itu dibuat maka produksi Mahakam bisa terancam. Apakah
mungkin jika permintaan masa transisi itu ditiadakan? Dan sebagai gantinya
Pertamina secara definitif memilih Total untuk menjadi partnernya di Mahakam
pasca 2017. Dengan demikian pengalihan operatorship akan dapat berjalan mulus.
Pemerintah memang menginginkan agar
setidaknya Pertamina menjadi pemilik saham mayoritas di tahun 2018, meski
bagaimanapun Total harus diikutsertakan. Memang di atas kertas Pertamina merasa
mampu untuk mengelola Mahakam, meski harus diakui tampaknya perusahaan plat
merah itu kemungkinan bisa kesandung masalah dana karena keterbatasan
kemampuan.
Pertamina, menurut ESDM, bersedia menginvestasikan dana sebesar US$
25,2 miliar selama 20 tahun di Mahakam. Jika dibagi 20 tahun, maka hanya ada
dana sekitar US$ 1,26 miliar yang diinjeksikan untuk Mahakam. Percayalah,
kolaborasi Pertamina dan Total masih merupakan opsi yang terbaik dalam
pengelolaan Mahakam. Untuk mewujudkannya, pemerintah harus bergerak cepat.